Selasa, 03 Desember 2013

sudut pandang

aku rasa  aku mulai paham alasan dibalik pertanyaan kenapa Tuhan seolah-olah ada saja yang menunda  kelulusanku. beberapa bulan lalu, rasanya selalu hampir-jadi. setiap mau-jadi selalu ada saja yang membuat itu mundur satu langkah. selalu ada saja yang membuat patah semangat di tengah jalan. tapi setelah beberapa hari ini aku membaca beberapa bagian isi buku harianku. sepertinya aku paham, mungkin inilah alasan kenapa Tuhan seolah-olah menjauhkanku selama beberapa saat dari kelulusan. mungkin karena memanng aku belum siap. dan penundaan itu dimaksudkan supaya aku lebih siap. sepele memang kelihatannya, tapi siapa yang tahu kalau sedikit saja beban pikiran itu bisa sangat berpengaruh pada keadaan seseorang. sesuatu yang mungkin tidak di sadari oleh banyak orang. mau apalagi, 4 tahun aku belajar tentang sesuatu yang aktivitasnya tidak terlihat namun dampaknya dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari.

jadi memang benar adanya jikalau Tuhan selalu memberikan kepada hamba-Nya hanya pada saat yang tepat. karena apapun bentuknya kalau diberikan pada waktu yang tidak tepat maka menjadi salah pada akhirnya. sesuatu yang terkadang terlambat atau sulit dipahami oleh manusia. untuk kasusku sendiri aku merasakan kesulitan di awal untuk memahami. ada masa-masa ketika aku sering menggerutu dalam hari mengapa orang-orang lain terlihat begitu mudah dan banyak mendapat bantuan sementara aku sendiri merasa kesulitan dan kesulitan lain memahami situasiku sendiri. tapi--yang ini aku benar-benar bersyukur--bahwa buku harian membantuku untuk memahami diriku bahkan membantuku memecahkan masalahku sendiri. seolah-olah ada dua atau tiga kepala yang bersama-sama mencoba memahami seorang aku. yang satu memberikan pandangan dari perasaan-saat-itu-juga yang lain melihat konflik dari sisi yang lebih relevan karena perasaan-saat-itu-juga sudah lewat. yaa intinya begitu. meski ga selalu berhasil. hahaha. kalau terlalu terbawa perasaan malah bisa subjektif dan berlebihan jadinya. hasilnya bukan ke arah pemikiran yang lebih terbuka malah ke pemikiran yang berlebihan. kecenya, overthinking. tapi tetap masih ada sisi positifnya. dari situ kita jadi lebih memahami diri sendiri. menyadari apa yang kita mau dan apa yang kita tidak mau. mulai memahami apa yang kita butuhkan agar lebih baik dan apa yang seharusnya kita eliminasi.

tapi tetep aja, kayak kalau belanja. meski tahu prioritas terkadang manusia membeli barang yang tidak dibutuhkan dan melewatkan barang yang dibutuhkan. namanya juga manusia.
:3

0 komentar:

Posting Komentar