Kamis, 17 Oktober 2013

Bulan berbicara.

Aku ga ngerti mau nulis apaan, karena beberapa menit yang lalu aku mau nulis dan beberapa menit berikutnya aku lupa mau nulis apaan. Hahaha. Gini aja deh, sekarang jam 3 pagi, dini hari lebih tepatnya dan aku masih belum tidur. Jangankan ngantuk untuk kepengin tidur, jam tengah 3 tadi aku memutuskan buat mandi dini hari karena saking ngerasa panasnya. Well, dari tadi jendela kamar aku buka supaya udara bisa keluar masuk dan angin biar leluasa berhembus. Sudah daritadi ternyata aku melewatkan bulan yang begitu bagus yang pada saat aku nulis ini dia lagi *memantulkan* bersinar. Subhanallah bagusss sekali. Meski aku rabun jauh, tapi itu ga mengurangi pendapatku tentang keindahan dari bulan yang lagi *memantulkan* bersinar itu. Bulannya bagus, meski keliatan ada bopeng-bopeng gelap di permukaannya tetapi dia tetap indah. Sama kayak manusia, meski punya banyak kekurangan namun tetap saja kita selalu bisa lihat keindahan dan kebaikan yang tersimpan di dalam dirinya :)

Minggu, 13 Oktober 2013

whats beautiful

Semalam, hitung sendirilah tanggalnya, aku nonton wayang di acara ultah universitas. As usual, I like them. Acara-acara yang berbau bau budaya gitu aku suka, dan yang namanya budaya Jawa itu kaya sekali. Yang agak ganjal sebenernya, sepanjang aku nonton wayang atau ketoprak atau wayang orang secara langsung atau di acara televisi, sepanjang itulah aku ga ngerti ceritanya. Hahaha. Funny isn't it? aku bahkan tamat beberapa buku tentang cerita pewayangan saat masih sekolah dasar, but still, aku ga pernah mudeng. Why? Karena meskipun aku udah tamat baca dan 1 di antaranya aku baca lebih dari sekali, buku itu semuanya berbahasa jawa inggil, yang bahkan aku ga ngerti artinya tapi tetep aku baca aja sampe tamat. Bahkan membernya kurawa atau pandawa pun aku ga apal. Hahaha. Selingan gambar-gambar wayang yang ada di buku itu yang bikin aku semangat baca meski aku ga ngerti isinya. That's how I liked reading something, that time. Hahaha. Satu-satunya aku tau itu mungkin cerita Rama-Shinta kali ya, atau babad Mahabaratha. Ooh, I like that, Mahabaratha. Mamahku sering cerita, bagaimana anak sulungnya bakal berhenti menangis kalau sudah liat acara Mahabaratha. Actually, sampe sekarang kalo ada acara Mahabaratha di puter di tivi lokal aku masih suka nonton. They're just beautiful, despite looks so old fashioned. Tapi hal itu ga akan bertahan lama karena temen-temen kost pada protes minta diganti. Disbelief that I actually like those kind of stuffs. Hahaha.

It's almost 8 years aku ga nonton wayan secara langsung. Biasanya hampir setiap tahun aku nonton wayang di acara tujuh belasan, thanks all because rumahku sebelahan sama balai desa jadi aku bisa nonton wayang sembari duduk di depan rumah. Dan karena lamanya aku ga nonton wayang dan segala musik pengiringnya, aku baru sadar betapa bagus dan addictive-nya musik jawa. Aku menikmati suara-suara gamelan, hampir sama nikmatnya seperti ketika menikmati musik korea atau alternative, bedanya it's original.  Denger suara gamelan dan musik tradisional secara langsung pun, bikin aku kangen sesuatu. Yeah, haven't done it in a long time. Aku kangen nari tradisional. Not that, I'm one of the experts but I just love traditional dancing. Butuh 3 tahun buatku untuk bisa gemulai melakukan gerakan-gerakan tarian. Guru tariku pun bilang kalo aku bener-bener sucks dan terrible di awal aku masuk sanggar. Beliau bahkan bilang masih  ga percaya kalo pada akhirnya I could be that good. Hahaha. Thanks for the-persistent-me that time. Practicing almost every possible day, but now I can barely make a move. Hahaha. Ah, I just miss traditional dancing, if only I could pursue them and be more serious for my own target.

 Alunan musik gamelan, ketukan-ketukannya dan bebunyian yang kaya biola itu. They're just beautiful. Gerakan-gerakan tarian tradisional pun begitu indah, gemulai dan menyatu dalam harmoni. Semua gerakannya punya arti khusus dan nama-namanya sendiri. Betapa kayanya. Hahaha. Tapi kadang, aku  menyayangkan tren sekarang. K-Pop. Oh yeah,dont get me wrong. I love K-pop, and South Korea as well. Tapi aku menyayangkan orang-orang yang anti-kpop. Kadang mereka menganggap orang-orang yang suka kpop lantas meninggalkan budayanya sendiri, dan menjadi terlalu berkiblat sama kpop dan segala embel embel oplasnya. Jadi kalau denger kpop, sebagian besar dari antis sering mengeluarkan komen "yang kayak gitu lah", "ah, oplas aja suka". In my opinoin, ga semuanya begitu, dan ga bisa sepenuhnya menyalahkan kpop groupy begitu. I think, South Korea has its own strategy to spread their own culture to their young generation, jadi sedikit banyak mereka tau dan korsel pribadi terlihat begitu cinta dengan negaranya sendiri. Hal itu yang kayaknya aku gabisa terlalu jelas melihat di sekitar kita. Thank God, yang optimis dengan bangsa sendiri masih banyak but unfortunately yang aku lihat pun masih banyak orang orang di sekitar kita yang bahkan pesimis dan skeptis dengan bangsa sendiri. Kritisi pendapat saya kalo memang ada yang kurang pas. It's just my own opinion anyway. I'm just telling my opinion. :)  Karena no deny, akupun kadang tanpa sadar masih melakukan hal demikian. :)

Hahaha, kenapa aku tiba tiba mbahas ini. Saat acara wayang kemarin, aku ngobrol dengan salah satu temen kuliahku. Dia menanyakan kenapa aku nonton wayang. In fact, temen-temen yang kukenal akrab yang datang pun ga habis dihitung dengan 10 jari. Selain itu we talked about kpop. Aku sendiri ga ingat gimana ceritanya kami bisa pindah topic ke kpop. Dari situ kami ngobrol soal kpop, korea, dan wayang. Satu obrolan yang menurutku menarik adalah kpop dari mataku dan kenapa aku suka wayang. Dari obrolan kami soal wayang dan korea menyiratkan kali mungkin I am so into kpop, dan agak paradoks ketika ternyata aku juga hal semacam wayang dan gamelan. hahaha. I like south korea actually. A whole package. I'm interested to their culture and how they preserve their heritage to be exact. Plus, Choi Seunghyun. Hahaha. Aku jadi ingat, aku pernah hampir berselisih paham dengan salah satu teman kuliahku hanya demi berusaha mengoreksi bahwa ga semua orang yang suka korea itu dikategorikan kpop-lover sebagainya dan lantas ga mencintai budaya sendiri. Bagaimanapun situasinya aku kurang sepaham dengan judgement sepihak yang berdasarkan satu fenomena belaka.

Oia, kita ngomongin apa tadi? Culture. Yeah. Berkaca sama korea selatan, ya karena yang aku lihat pas lihat korsel ya. Okay then, first, aku juga bukan orang yang freak soal budaya atau duta lalala, I'm just throwing my opinion. Second, honestly aku kagum dengan mereka yang suka mengangkat cerita sejarah dan cerita rakyat jadi drama atau film, dan bahkan ga jarang drama dan film itu mendapat sambutan positif. Aku ga ngerti apakah orang-orang di korea sana tau dengan tokoh-tokoh bersejarah dan tokoh-tokoh cerita rakyat mereka karena sudah dipublish di media. Tapi yang aku tangkap adalah, mengemas cerita sejarah maupun cerita rakyat dengan apik bisa jadi salah satu strategi yang bagus juntuk mengenalkan budaya mereka, kekayaan yang dimiliki ke kalangan domestik dan internasional even better. Ga muluk muluk meskipun mereka ga ngerti cerita atau tokohnya tapi paling ga bisa tau kalo ooh itu punya nya si anu, oh kalo yang itu punya inu, oh ternyata bagus ya. Identity. "Ooh kalo yang kaya gitu tu biasanya punya indonesia tuh", atau kalo misi mengenalkan budayanya ga tercapai minimal "eh bagus ya ternyata" muncul.

Aku ga yakin kalo banyak orang yang tau kalo salah satu film holywood, The Uninvited yang mengadaptasi A Tale of Two Sister dari korea selatan itu sebenernya ide ceritanya adalah dari salah satu cerita rakyat korea dengan judul  Janghwa, Hongryeon. Kemudian, sudah berapa kali cerita rakyat tentang gumiho diangkat ke layar lebar. Aku jadi bertanya-tanya apakah jadinya kalau cerita-cerita rakyat di Indonesia yang buanyak banget dan cerita-cerita sejarah di indonesia itu diangkat jadi serial atau film dan dikemas dengan apik. I bet, tanggapannya positif. No fake flying dragon or nenek lampir yang ga jelas jalan ceritanya atau grandong yang tiba-tiba punya anak dari manusia. Just follow the story, they're naturally beautiful. Actually ga cuma korea sih yang mengangkat cerita rakyat atau sejarah jadi film. Ada china, india, dan bahkan hollywood, juga ga jarang mengangkat cerita sejarah jadi film layar lebar. The Last Emperor, Mulan, Maharani, bahkan The Mummy 3 itu juga, Curse of The Golden Flower, dan the infamous Mahabaratha, Ashoka, Dalai Lama. Well, I'm just saying that betapa bagusnya kalau cerita rakyat dan/atau sejarah di indonesia bisa dibuat cerita untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin bisa diselipin tari-tarian daerah di dalamnya. Mungkin nanti kayak atau bisa lebih bagus dari Sang Penari yang diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk. Actually, di tempat kita juga pernah ada film tentnag asal usul Borobudur, Ken Arok, Majapahit dan Subali-Sugriwa, it went smooth sebelum akhirnya ada yang berhenti di tengah jalan secara misterius atau plotnya ketambahan pemain atau naga terbang. Fyuh.

Betapa senangnya kalau orang-orang di luar sana bisa melihat budaya di Indonesia yang kaya :)
Semoga seuatu hari tercapai. Aku yakin pasti banyak orang-orang di luar sana yang juga berharap dan berusaha untuk mengenalkan budaya bangsa kita ke luar sana. Baik kepada sesama orang Indonesia atau bangsa lain. Kita sama-sama berusaha dengan kapabilitas yang kita miliki masing-masing. :)
Mungkin tulisan berantakan ini bisa membantu :)