Rabu, 04 Desember 2013

running with the memory

empat tahun lalu, sewaktu beres-beres kamar kost SMA, rasanya berat sekali. berat meninggalkan teman-teman, berat melepaskan kebersamaan, meski kadang ngerasa sebel dengan perangai teman-teman tetapi ketika mau berpisah malah merasa perangai itulah yang justru membuat jarak pertemanan menjadi semakin dekat. aku masih ingat kalau dulu merasa agak takut kalau teman-teman perkuliahan ngga akan sebaik dan semenyenangkan teman-teman SMA. pindah di lingkungan yang sangat asing, dan belum terbayangkan sebelumnya membuat keadaan menjadi dua kali buruk. sambil bebenah barang-barang sambil belajar mengikhlaskan kalau hidup harus berjalan, sendiri-sendiri.

"Itulah yang namanya kehidupan, son. Semua pada akhirnya akan berjalan sendiri-sendiri. Sonya dengan kehidupan sonya selanjutnya, begitu pula dengan teman-teman sonya. Kamu ga mau kan tetap ada di tempat yang sama? Pada akhirnya prioritas di dalam perteman kamu dan teman-teman kamu pun nanti berubah.. Ngerti, Nduk?", begitu pesan Mamah. masih sangat jelas di ingatanku tentang yang dikatakan Mamah saat aku mengutarakan yang aku rasakan saat kelulusan SMA. Berangkat dari situ aku mau ngga mau mempelajari tentang prioritas. Agaknya sekarang aku harus mulai belajar lagi.

Masih di empat tahun yang lalu ketika aku meragukan kalau nanti aku bakal betah di kota tempat aku kuliah. Aku meragukan apakah nantinya bakal memiliki teman-teman yang baik, yang menyenangkan dan bisa menjadi tempat berbagi. Berbulan-bulan pertama di kota kuliah kuliah aku habiskan untuk sangat rutin berkomunikasi dengan sahabat-sahabatku yang tersebar di beberapa kota. kerap merasa bahwa ga akan ada yang menggantikan dan punya nilai yang bisa menyerupai mereka di tempat kuliah ini.  tetapi seiring berjalannya waktu, dengan berbagai situasi yang aku hadapi ternyata itu mematahkan perkiraanku sebelumnya. setiap orang memiliki keistimewaannya masing-masing, ga akan ada yang menggantikan satu sama lain di mataku. ternyata aku menemukan teman-teman yang mau berada di sampingku di berbagai keadaan. ternyata Tuhan mempertemukan aku dengan orang-orang yang mampu membuktikan perkataan Mamah selanjutnya. "Nanti kamu pasti menemukan teman-teman yang lain, yang ga kalah baiknya dengan Kristi, Sari sama Aya, Nduk.." Dan, sekali lagi ibuku benar. Aku bertemu dengan teman-teman yang sangat, sangatt baik. bahkan gabisa aku bandingkan. aku bingung menuliskannya bagaimana, yang selalu baik tanpa diminta, ga beringsut meski kadang aku jadi orang yang menyebalkan. yang kadang di luar dugaan, yang penampilan luar dan isinya kadang bertolak belakang, yang kelihatannya keras di luar tetapi berhati lembut, yang punya selera hampir selalu sama, yang sensitif dan sangat mudah di tebak, yang selalu berpikiran positif dan terkadang kelewat polos, yang kadang rewel dan berisik, tetapi kadang aku mencari kerewelan dan kebrisikan yang dibuat ketika mereka ga ada, yang sering melemparkan olokan pedas tetapi tetap kami lakukan. dari banyaknya kuantitas waktu yang dihabiskan bersama, hingga masa kuliah akhir berkurang berganti dengan berkumpul di tempat lain. merekalah yang membuat perkuliahan saya berwarna.membuat kembali hidup di tengah kelesuan akibat ketakutan adaptasi dan tekanan masalah di dalam keluarga.  aku mungkin bukan orang yang bagus dalam menjaga kuantitas berkomunikasi dengan sesama, tetapi yang pasti adalah teman-teman yang sudah ada di hati sampai kapanpun akan tetap hidup dan punya eksistensi di hidupku. itu yang paling penting.

dan beberes barang-barang di menjelang akhir kost perkuliahanku ini menjadi hal yang hampir sama beratnya seperti saat empat tahun lalu...

my beautiful and amazing friends,


Selasa, 03 Desember 2013

sudut pandang

aku rasa  aku mulai paham alasan dibalik pertanyaan kenapa Tuhan seolah-olah ada saja yang menunda  kelulusanku. beberapa bulan lalu, rasanya selalu hampir-jadi. setiap mau-jadi selalu ada saja yang membuat itu mundur satu langkah. selalu ada saja yang membuat patah semangat di tengah jalan. tapi setelah beberapa hari ini aku membaca beberapa bagian isi buku harianku. sepertinya aku paham, mungkin inilah alasan kenapa Tuhan seolah-olah menjauhkanku selama beberapa saat dari kelulusan. mungkin karena memanng aku belum siap. dan penundaan itu dimaksudkan supaya aku lebih siap. sepele memang kelihatannya, tapi siapa yang tahu kalau sedikit saja beban pikiran itu bisa sangat berpengaruh pada keadaan seseorang. sesuatu yang mungkin tidak di sadari oleh banyak orang. mau apalagi, 4 tahun aku belajar tentang sesuatu yang aktivitasnya tidak terlihat namun dampaknya dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari.

jadi memang benar adanya jikalau Tuhan selalu memberikan kepada hamba-Nya hanya pada saat yang tepat. karena apapun bentuknya kalau diberikan pada waktu yang tidak tepat maka menjadi salah pada akhirnya. sesuatu yang terkadang terlambat atau sulit dipahami oleh manusia. untuk kasusku sendiri aku merasakan kesulitan di awal untuk memahami. ada masa-masa ketika aku sering menggerutu dalam hari mengapa orang-orang lain terlihat begitu mudah dan banyak mendapat bantuan sementara aku sendiri merasa kesulitan dan kesulitan lain memahami situasiku sendiri. tapi--yang ini aku benar-benar bersyukur--bahwa buku harian membantuku untuk memahami diriku bahkan membantuku memecahkan masalahku sendiri. seolah-olah ada dua atau tiga kepala yang bersama-sama mencoba memahami seorang aku. yang satu memberikan pandangan dari perasaan-saat-itu-juga yang lain melihat konflik dari sisi yang lebih relevan karena perasaan-saat-itu-juga sudah lewat. yaa intinya begitu. meski ga selalu berhasil. hahaha. kalau terlalu terbawa perasaan malah bisa subjektif dan berlebihan jadinya. hasilnya bukan ke arah pemikiran yang lebih terbuka malah ke pemikiran yang berlebihan. kecenya, overthinking. tapi tetap masih ada sisi positifnya. dari situ kita jadi lebih memahami diri sendiri. menyadari apa yang kita mau dan apa yang kita tidak mau. mulai memahami apa yang kita butuhkan agar lebih baik dan apa yang seharusnya kita eliminasi.

tapi tetep aja, kayak kalau belanja. meski tahu prioritas terkadang manusia membeli barang yang tidak dibutuhkan dan melewatkan barang yang dibutuhkan. namanya juga manusia.
:3

Kamis, 17 Oktober 2013

Bulan berbicara.

Aku ga ngerti mau nulis apaan, karena beberapa menit yang lalu aku mau nulis dan beberapa menit berikutnya aku lupa mau nulis apaan. Hahaha. Gini aja deh, sekarang jam 3 pagi, dini hari lebih tepatnya dan aku masih belum tidur. Jangankan ngantuk untuk kepengin tidur, jam tengah 3 tadi aku memutuskan buat mandi dini hari karena saking ngerasa panasnya. Well, dari tadi jendela kamar aku buka supaya udara bisa keluar masuk dan angin biar leluasa berhembus. Sudah daritadi ternyata aku melewatkan bulan yang begitu bagus yang pada saat aku nulis ini dia lagi *memantulkan* bersinar. Subhanallah bagusss sekali. Meski aku rabun jauh, tapi itu ga mengurangi pendapatku tentang keindahan dari bulan yang lagi *memantulkan* bersinar itu. Bulannya bagus, meski keliatan ada bopeng-bopeng gelap di permukaannya tetapi dia tetap indah. Sama kayak manusia, meski punya banyak kekurangan namun tetap saja kita selalu bisa lihat keindahan dan kebaikan yang tersimpan di dalam dirinya :)

Minggu, 13 Oktober 2013

whats beautiful

Semalam, hitung sendirilah tanggalnya, aku nonton wayang di acara ultah universitas. As usual, I like them. Acara-acara yang berbau bau budaya gitu aku suka, dan yang namanya budaya Jawa itu kaya sekali. Yang agak ganjal sebenernya, sepanjang aku nonton wayang atau ketoprak atau wayang orang secara langsung atau di acara televisi, sepanjang itulah aku ga ngerti ceritanya. Hahaha. Funny isn't it? aku bahkan tamat beberapa buku tentang cerita pewayangan saat masih sekolah dasar, but still, aku ga pernah mudeng. Why? Karena meskipun aku udah tamat baca dan 1 di antaranya aku baca lebih dari sekali, buku itu semuanya berbahasa jawa inggil, yang bahkan aku ga ngerti artinya tapi tetep aku baca aja sampe tamat. Bahkan membernya kurawa atau pandawa pun aku ga apal. Hahaha. Selingan gambar-gambar wayang yang ada di buku itu yang bikin aku semangat baca meski aku ga ngerti isinya. That's how I liked reading something, that time. Hahaha. Satu-satunya aku tau itu mungkin cerita Rama-Shinta kali ya, atau babad Mahabaratha. Ooh, I like that, Mahabaratha. Mamahku sering cerita, bagaimana anak sulungnya bakal berhenti menangis kalau sudah liat acara Mahabaratha. Actually, sampe sekarang kalo ada acara Mahabaratha di puter di tivi lokal aku masih suka nonton. They're just beautiful, despite looks so old fashioned. Tapi hal itu ga akan bertahan lama karena temen-temen kost pada protes minta diganti. Disbelief that I actually like those kind of stuffs. Hahaha.

It's almost 8 years aku ga nonton wayan secara langsung. Biasanya hampir setiap tahun aku nonton wayang di acara tujuh belasan, thanks all because rumahku sebelahan sama balai desa jadi aku bisa nonton wayang sembari duduk di depan rumah. Dan karena lamanya aku ga nonton wayang dan segala musik pengiringnya, aku baru sadar betapa bagus dan addictive-nya musik jawa. Aku menikmati suara-suara gamelan, hampir sama nikmatnya seperti ketika menikmati musik korea atau alternative, bedanya it's original.  Denger suara gamelan dan musik tradisional secara langsung pun, bikin aku kangen sesuatu. Yeah, haven't done it in a long time. Aku kangen nari tradisional. Not that, I'm one of the experts but I just love traditional dancing. Butuh 3 tahun buatku untuk bisa gemulai melakukan gerakan-gerakan tarian. Guru tariku pun bilang kalo aku bener-bener sucks dan terrible di awal aku masuk sanggar. Beliau bahkan bilang masih  ga percaya kalo pada akhirnya I could be that good. Hahaha. Thanks for the-persistent-me that time. Practicing almost every possible day, but now I can barely make a move. Hahaha. Ah, I just miss traditional dancing, if only I could pursue them and be more serious for my own target.

 Alunan musik gamelan, ketukan-ketukannya dan bebunyian yang kaya biola itu. They're just beautiful. Gerakan-gerakan tarian tradisional pun begitu indah, gemulai dan menyatu dalam harmoni. Semua gerakannya punya arti khusus dan nama-namanya sendiri. Betapa kayanya. Hahaha. Tapi kadang, aku  menyayangkan tren sekarang. K-Pop. Oh yeah,dont get me wrong. I love K-pop, and South Korea as well. Tapi aku menyayangkan orang-orang yang anti-kpop. Kadang mereka menganggap orang-orang yang suka kpop lantas meninggalkan budayanya sendiri, dan menjadi terlalu berkiblat sama kpop dan segala embel embel oplasnya. Jadi kalau denger kpop, sebagian besar dari antis sering mengeluarkan komen "yang kayak gitu lah", "ah, oplas aja suka". In my opinoin, ga semuanya begitu, dan ga bisa sepenuhnya menyalahkan kpop groupy begitu. I think, South Korea has its own strategy to spread their own culture to their young generation, jadi sedikit banyak mereka tau dan korsel pribadi terlihat begitu cinta dengan negaranya sendiri. Hal itu yang kayaknya aku gabisa terlalu jelas melihat di sekitar kita. Thank God, yang optimis dengan bangsa sendiri masih banyak but unfortunately yang aku lihat pun masih banyak orang orang di sekitar kita yang bahkan pesimis dan skeptis dengan bangsa sendiri. Kritisi pendapat saya kalo memang ada yang kurang pas. It's just my own opinion anyway. I'm just telling my opinion. :)  Karena no deny, akupun kadang tanpa sadar masih melakukan hal demikian. :)

Hahaha, kenapa aku tiba tiba mbahas ini. Saat acara wayang kemarin, aku ngobrol dengan salah satu temen kuliahku. Dia menanyakan kenapa aku nonton wayang. In fact, temen-temen yang kukenal akrab yang datang pun ga habis dihitung dengan 10 jari. Selain itu we talked about kpop. Aku sendiri ga ingat gimana ceritanya kami bisa pindah topic ke kpop. Dari situ kami ngobrol soal kpop, korea, dan wayang. Satu obrolan yang menurutku menarik adalah kpop dari mataku dan kenapa aku suka wayang. Dari obrolan kami soal wayang dan korea menyiratkan kali mungkin I am so into kpop, dan agak paradoks ketika ternyata aku juga hal semacam wayang dan gamelan. hahaha. I like south korea actually. A whole package. I'm interested to their culture and how they preserve their heritage to be exact. Plus, Choi Seunghyun. Hahaha. Aku jadi ingat, aku pernah hampir berselisih paham dengan salah satu teman kuliahku hanya demi berusaha mengoreksi bahwa ga semua orang yang suka korea itu dikategorikan kpop-lover sebagainya dan lantas ga mencintai budaya sendiri. Bagaimanapun situasinya aku kurang sepaham dengan judgement sepihak yang berdasarkan satu fenomena belaka.

Oia, kita ngomongin apa tadi? Culture. Yeah. Berkaca sama korea selatan, ya karena yang aku lihat pas lihat korsel ya. Okay then, first, aku juga bukan orang yang freak soal budaya atau duta lalala, I'm just throwing my opinion. Second, honestly aku kagum dengan mereka yang suka mengangkat cerita sejarah dan cerita rakyat jadi drama atau film, dan bahkan ga jarang drama dan film itu mendapat sambutan positif. Aku ga ngerti apakah orang-orang di korea sana tau dengan tokoh-tokoh bersejarah dan tokoh-tokoh cerita rakyat mereka karena sudah dipublish di media. Tapi yang aku tangkap adalah, mengemas cerita sejarah maupun cerita rakyat dengan apik bisa jadi salah satu strategi yang bagus juntuk mengenalkan budaya mereka, kekayaan yang dimiliki ke kalangan domestik dan internasional even better. Ga muluk muluk meskipun mereka ga ngerti cerita atau tokohnya tapi paling ga bisa tau kalo ooh itu punya nya si anu, oh kalo yang itu punya inu, oh ternyata bagus ya. Identity. "Ooh kalo yang kaya gitu tu biasanya punya indonesia tuh", atau kalo misi mengenalkan budayanya ga tercapai minimal "eh bagus ya ternyata" muncul.

Aku ga yakin kalo banyak orang yang tau kalo salah satu film holywood, The Uninvited yang mengadaptasi A Tale of Two Sister dari korea selatan itu sebenernya ide ceritanya adalah dari salah satu cerita rakyat korea dengan judul  Janghwa, Hongryeon. Kemudian, sudah berapa kali cerita rakyat tentang gumiho diangkat ke layar lebar. Aku jadi bertanya-tanya apakah jadinya kalau cerita-cerita rakyat di Indonesia yang buanyak banget dan cerita-cerita sejarah di indonesia itu diangkat jadi serial atau film dan dikemas dengan apik. I bet, tanggapannya positif. No fake flying dragon or nenek lampir yang ga jelas jalan ceritanya atau grandong yang tiba-tiba punya anak dari manusia. Just follow the story, they're naturally beautiful. Actually ga cuma korea sih yang mengangkat cerita rakyat atau sejarah jadi film. Ada china, india, dan bahkan hollywood, juga ga jarang mengangkat cerita sejarah jadi film layar lebar. The Last Emperor, Mulan, Maharani, bahkan The Mummy 3 itu juga, Curse of The Golden Flower, dan the infamous Mahabaratha, Ashoka, Dalai Lama. Well, I'm just saying that betapa bagusnya kalau cerita rakyat dan/atau sejarah di indonesia bisa dibuat cerita untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin bisa diselipin tari-tarian daerah di dalamnya. Mungkin nanti kayak atau bisa lebih bagus dari Sang Penari yang diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk. Actually, di tempat kita juga pernah ada film tentnag asal usul Borobudur, Ken Arok, Majapahit dan Subali-Sugriwa, it went smooth sebelum akhirnya ada yang berhenti di tengah jalan secara misterius atau plotnya ketambahan pemain atau naga terbang. Fyuh.

Betapa senangnya kalau orang-orang di luar sana bisa melihat budaya di Indonesia yang kaya :)
Semoga seuatu hari tercapai. Aku yakin pasti banyak orang-orang di luar sana yang juga berharap dan berusaha untuk mengenalkan budaya bangsa kita ke luar sana. Baik kepada sesama orang Indonesia atau bangsa lain. Kita sama-sama berusaha dengan kapabilitas yang kita miliki masing-masing. :)
Mungkin tulisan berantakan ini bisa membantu :)

Sabtu, 31 Agustus 2013

phase in our life

Finally,
I came to realize that moving on is all about letting go of the past.

People in our life, come and go. We gotta move to another phase to let us walk from our comfort-zone. Comfort-zone is not always meaning a happy state. You can be unhappy and hurt, but it's way too comfort to leave. Some times we are afraid to walk. It is not we're afraid that future that we predict will bring more happy endings, but it's the past that holds us. The memory of the past, the happiness we felt, the unforgettable moment, and the person--that time, they're haunting us. Our hope to feel them again in the future, the fear of loosing a precious memory if we let them go, a comfort feeling that fixated us in one particular point.

You love someone. It can be anyone, you love. It is either make you the happiest person alive or the most suffer person. But together, separation, and letting go are likely involved in the process of loving someone. I have had many times of letting go off my someone(s).
If it was a test I should have had a perfect score, but it's someone. Or more. It belongs thousand memories within, thousand smiles with them, countless pictures.

Not easy. But yeah, maybe we're not afraid of loosing them. But, more than that we're afraid to loose the memory, the happiness, the moment we shared. But what will you do if the person once we met in the past no longer exist now. We have no choice. God will arrange us a happiness that fits us. The one being worked in mysterious way, but you can not see it as long as you hold your past. Still wondering what ifs.

So, I came to realize that moving on is all about letting go of the past.

May God bless you, and happiness always be with you.

Senin, 01 Juli 2013

saya ada karena saya berpikir

akhir akhir ini kesabaran dan resiliensi gue bener bener diuji. dari ujian tekanan dari rumah, kuliah, temen-temen dan gebetan (?). hahaha. good thing alergi gue keluarnya gantian, kalo engga bisa gawat. tapi gue belajar banyak hal dari semua itu.

1. terkadang orang mengasihani dirinya sendiri lebih dari batas yang seharusnya. but that's okay mengeluh itu tempatnya manusia kok. makanya ada pepatah, kalo lo mau bersyukur jangan melihat ke atas terlalu lama dan kalo lo mau maju jangan melihat ke bawah terlalu lama..

2. kadang penderitaan yang kita rasakan itu karena ulah kita sendiri. karena lo terlalu self-minded dan enggan untuk berfikir secara lebih luas. ternyata masih banyak kok bright side dari masalah yang lo alamin. sepelik apapun masalah itu. semua tergantung gimana lo menyikapi masalah lo.

jadi kalo ada pepatah, your asumption kills you. yep, it's right guys.  terkadang pendapat lo sendiri lah yang bakal bunuh lo pelan-pelan.

3. harapan. sama halnya dengan harapan. di hunger games pernah dikatakan kalo harapan yang terlalu kecil itu bakal bikin lo terdemotivasi. harapan yang berlebihan bikin semuanya jadi ga terkendali. intinya kalo lo ga pinter dalam mengolah harapan, it's gonna kill you. like Shakespeare said, expectation is the root of all disappointment.

4. gue bener-bener sadar kalo semua yang pernah keluar dari mulut kita bakal minta pertanggungjawaban dari kita. lo mungkin pernah ngomong sesuatu hal, yang buat lo itu becanda ato ga serius. tapi di luar sana mungkin ada anak manusia yang terluka karena omongan lo. dan itu bisa berakibat fatal. ini cerita temen gue.
 
5. gesture. mungkin mulut lo bisa jadi ngomong hal-hal yang manis tapi muka dan gerakan badan lo belum tentu menunjukkan hal yang sama. gue makin belajar gimana model pertemanan di dunia yang makin dewasa dan keras ini. halah. gue bener-bener harus lebih berhati-hati. gue gamau sakit hati lagi. hahaha.
 
6.  kadang orang yang lo kira kurang baik, ato menurut temen-temen lo juga kurang baik malah ada di saat-saat terburuk lo. mungkin dia bisa bantu lo, ato dia yang mengerti apa yang tengah lo rasain ketika yang lain engga ada di samping lo, ato bahkan dialah yang bantu balikin kepercayaan diri lo tentang prinsip semua akan baik-baik saja itu kembali. who knew.

7. ini sih personal, kalo gue udah ga respek ato gasuka sama orang, sikap gue bakal keliatan banget. menunjukkan kalo gue betul-betul defensif dengan ekistensi dia. dan gue baru kena batunya kemarin. pelajarannya sih, jangan pernah berlebihan dalam bersikap ato lo bakal kena batunya. hahaha.

8. belajarlah untuk membuka hati. gue tahu ini susah. gue juga yakin kalo buat sebagian besar orang ini susah. membuka hati bisa berarti macem-macem. membuka hati ga cuma buat gebetan, mantan gebetan, mantan pacar, ato apapun sejenisnya. it's about everything. kalo lo mau membuka hati buat apa aja di dunia ini, in shaa allah semua bakal terlihat lebih terang dari sebelumnya. but it's hard, i know.

mungkin selama ini gue belum benar-benar membuka hati. belum benar-benar berusaha mengerahkan seluruh kemampuan gue untuk menuju kepada keadaan yang lebih baik, dalam hal temen, kuliah, keluarga, orang yang gue sayang, dan of course hidup gue sendiri. meski ga jarang gue merasa kecewa mereka tapi kalo lihat yang terjadi sekarang gue gabisa ngilangin kebiasaan bahwa memang gue lah yang paling bersalah. kenapa? karena ini hidup gue, gue lah yang membuat pilihan jadi gue lah yang paling bertanggung jawab dengan semuanya, terlepas dari takdir yang dikasih sama Tuhan. diem dan mengeluh udah jelas ga akan nyelesin masalah. pilihan gue cuma satu, yaitu tetep semangat buat ngejalanin apapun yang ada di depan mata. apapun. dengan alergi apapun yang nemenin gue. hahaha. dengan atau tidak ada dukungan dari orang-orang yang gue harapkan. 

jadi pelajaran terakhir adalah,

9. cogito ergosum.  gue yang sekarang ini, ADA karena ulah dari pemikiran gue. jadi mikirlah yang baik-baik, in shaa allah lo bakal jadi orang yang baik.

semangat!

Kamis, 09 Mei 2013

sequence

What if all that happened in your life were all lies. What if the life you had today, the peoples you used to talk were all nothing. They don't have any connection with you, or even worse they never existed. What if all these things that matters you, the thing that revolves around you, the peoples you are clinging to, all were a dream. These all were only a part of a dream. You are only somebody who is suffering coma and have had a long long dream.
If it was true, I am afraid I can not take that. I am afraid I choose to stay in coma instead.
Sometimes, when you really attached to certain thing, whether it's person, thing or relationship, it will be hard to be separated from them. To accept that finally they will not be included in your life anymore.
To let them go.
It was hard to imagine what my life could be without one person I love and respect gone. For my self being honest, I never imagine that. Yes it is hard, those concatenation of my life changing. But I finally have my self over it. I am okay and being ready to face my next destiny.
Sometimes, it is hard to accept the truth. It is really terrifying to picture that what I have been trough, all the relationship I had with all my bestfriends, my Mother, my Brother, and my loved one were nothing. I mean, we do not sit at the same boat, we do not cross the same sea. They don't feel the feeling the way I do. They can not understand. No, I love them and yes maybe they like being with me. If they were not, how could they stay. But, sometimes being together doesn't meaning always has the same rhythm in understanding each other. Everytime.
I try to comprehend, I will look closely what matters and fix what bothers. 
For the ones I love, I will, and if it doesn't work out...so it is the time for accepting.
To let them go.